Monday, June 11, 2007

Mengenal Pencipta Kita

“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tiada memperhatikan?” (adz-Dzaariyaat:20-21)

Untuk memperkuat keyakinan akan keesaan Allah, tidak boleh hanya mengandalkan indra semata namun juga akal pikiran/rasio. Orang-orang yang sombong dan tidak mau beriman walau tanda-tanda kekuasaan Allah telah nyata baginya tetap berusaha berkilah bahwa mereka baru akan beriman sebatas apa yang dapat tertangkap oleh indra mereka. Indra adalah alat yang memberikan perangkat penilaian kepada rasio sehingga ia dapat menetapkan penilaiannya. Namun tanpa keberadaan rasio, tentulah dari penilaian itu tidak dapat dihasilkan suatu pengetahuan. Indra sering memberikan gambaran yang keliru pada kita dan dengan akal kita baru mengetahui fakta yang sebenarnya.
Ada sebuah anekdot yang dapat merupakan analogi masalah ini. Di sebuah sekolah dasar, seorang guru SD berkata kepada anak-anak murid kelas enam SD, “Apakah kalian melihat diri saya?”
Mereka menjawab,”ya.”
“Dengan begitu, berarti saya ada,” kata sang guru.
Apakah kalianmelihat papan tulis?” tanyanya lebih lanjut.
“Ya.”
“Jika demikian, papan tulis itu ada,” kata sang guru.
“Apakah kalian melihat meja itu?” tanyanya lebih lanjut.
“ya”
“Berarti meja itu ada,”kata sang guru.
“Apakah kalian melihat Tuhan?” tanyanya lagi.
“Tidak”
“Itu berarti Tuhan tidak ada”
Selanjutnya, seorang murid yang cerdas berdiri dan bertanya,”Apakah kalian melihat akal guru kita?”
Mereka menjawab,”tidak.”
“Dengan demikian, akal guru kita tidak ada!!!”

Kalau saja elektron itu berimpitan dengan proton dalam sebuah atom dan atom-atom itu berimpitan dengan atom lainnya sehingga tidak tersisa ruang hampa, tentu bola bumi ini hanya akan sebesar telur. Di manakah akan ada manusia dan lainnya?

Seandainya dijumpai hal yang bertentangan dengan agama, kemungkinan itu terjadi pada agama yang salah atau pada aliran-aliran yang menyimpang. Pertentangan semacam itu tidak dijumpai pada agama yang benar karena kebenaran itu tidak akan bertentangan dengan kebenaran yang lain. Sebuah agama yang benar harus mempunyai akar yang benar dan setiap cabangnya berasal dari cabang kebenaran. Selalu serasi dengan kebenaran yang mempunyai bukti-bukti dan fakta-fakta. Jika tidak demikian, bisa jadi teks-teks yang berasal dari agama akan kontradiktif dengan kebenaran yang telah dibuktikan secara pasti.

Tuesday, June 5, 2007

What is your life style ???

”Negara bagian California telah menyetujui kunjungan hubungan seks di penjara bagi narapidana yang homoseks. Kunjungan itu diberikan pada pasangan yang terdaftar secara resmi. Di negara bagian tersebut ada aturan dalam perundangan yang mengatur pemberian hak-hak yang setara bagi pasangan suami-istri heteroseksual (laki-laki dan perempuan). Narapidana yang mendapat giliran kunjungan suami-istri diizinkan berdua dengan pasangannya di apatemen kecil atau rumah mobil di penjara hingga 72 jam. Pengunjung diizinkan membawa paling banyak 10 kondom dan narapidana boleh memasak di tempat itu.”

Membaca berita itu dari sebuah surat kabar ternama, ada sebuah keprihatian yang menggema. Jika iklim politik saja sudah mencerminkan dukungannya pada kebobrokan moral, maka apa jadinya nanti negara dan warganya yang menerapkan iklim tersebut. Perilaku-perilaku menyimpang dan kian terlegitimasi di mana-mana turut mendukung runtuhnya moral dan mental bangsa. Sayangnya hal itu sering tak disadari. Tahu tahu banyak dari kita yang jadi pendukung kemaksiatan. Gaya hidup itu terasa sah-sah saja padahal akibatnya justru bisa jadi bom waktu bagi umat manusia. Ada yang berpendapat bahwa kasihan mereka yang emang karakter hidupnya cenderung pada homoseksual. Kaum tersebut merasa menderita karena begitu dilecehkan dan butuh pengakuan untuk eksistensi gaya hidupnya. Mereka mengusung hak asasi sebagai pintu legitimasi keberadaan mereka. Padahal hidup bahagia bukanlah dicapai dengan pemuasan nafsu seksual dan syahwat. Pemuasan tersebut terkesan di agung-agungkan, dianggap sangat penting dan merupakan hak yang asasi. Kenyataannya, propaganda semacam ini memang terus dilancarkan di seluruh muka bumi. Sayangnya banyak dari kita yang membenarkan dan mendukung propaganda tersebut. Yah, perang pemikiran (Ghazwul fikri) memang sedang gencar dilakukan oleh komunitas yang menyudutkan Islam karena Islam tidak mengenal gaya hidup maksiat. Justru ada nilai-nilai luhur, kasih dan syang di dalamnya tuk capai hidup bahagia yang sebenarnya. So, Open Our Eyes About It and Make an Action....!

Kesetiaan

Di suatu kesempatan, aku mendengarkan berita dari sebuah stasiun televisi. Isi berita itu mengisahkan seorang bapak yang sadar dari koma yang dialaminya selama sembilan belas tahun. Seorang petugas kereta api di Polandia, Jan Grzebski mengalami kecelakaan. Karena lukanya yang berat, pria berumur 46 tahun itu mengalami koma. Dokter memvonisnya hanya bertahan hidup sekitar dua atau tiga tahun setelah ia kecelakaan. Namun Allah berkehendak lain. Allah memberinya sesuatu yang luar biasa berupa anugerah untuk hidup seutuhnya setelah sekian lama koma. Bapak yang koma akibat kecelakaan pada tahun 1988 itu kini sadar dan pulih kembali.
Grzebski ingat bahwa sebelum kecelakaan, Polandia masih dikuasai pemerintah komunis. Kini, Polandia dikuasai pemerintah demokratis. Ia juga terbayang, warga Polandia antre untuk mendapatkan barang-barang. Sekarang, masyarakat sudah bebas membeli apa pun asalkan mempunyai cukup uang. Saat kecelakaan terjadi, empat anaknya masih kecil. Setelah ia siuman, anaknya sudah dewasa dan telah memiliki anak.
Grzebski merasa beruntung sekali karena ia dikarunia istri yang sangat baik dan setia. Rupanya dibalik kepulihan Grzebski, ada sentuhan kesetiaan dari sang istri yang senantiasa sabar merawatnya betapa pun sulitnya dengan rentang waktu yang sangat lama. Tidak ada kata menyerah dalam upaya mendampingi suami yang berada dalam keadaan koma. Sang istri begitu telaten dan penuh perhatian merawat sang suami yang terbaring lemah. Dan di ujung penantian itu, sang istri bisa kembali melihat suaminya tersenyum.

Friday, June 1, 2007

Wangi



Aroma menyejukkan macam apa ini yang singgah di indra penciumanku? Mmm...Bau yang menyenangkan... Subhanallah...

Selidik punya selidik...ternyata keponakan mungilku baru saja main parfum mawar punya ibu. Keharuman yang begitu sempurna. Puji syukur bagi-Nya yang mencipta wewangian yang menyejukkan.

Kala kita mencium bau wangi bunga, sering kita tak menyadari bahwa ada senyawa-senyawa dalam bunga itu yang terhirup oleh hidung kita. Senyawa yang mudah menguap (volatil) itu berikatan dengan molekul ujung syaraf sensorik hidung. Kemudian impuls/pesan disampaikan oleh syaraf ke otak. Dengan demikian kita bisa mencium bau wangi dari bunga itu. Senyawa-senyawa yang mudah menguap ini umumnya berasal dari minyak atsiri yang terkandung dalam tanam-tanaman tertentu seperti melati, mawar, sereh, nilam, lavender (pengusir nyamuk), mint, dll. Wangi aroma dari beberapa tanaman sering pula digunakan untuk keperluan pengobatan. Ini biasa dikenal dengan aromaterapi.

Biasanya aromaterapi itu digunakan dengan cara memanaskan air yang dituangi minyak atsiri (essential oil) dari tanaman tertentu dengan tungku kecil. Uap yang dihasilkan ketika dihirup dapat menghasilkan efek relaksasi bagi tubuh. Saat menghirup aroma tersebut, senyawa-senyawa volatil seperti monoterpena, diterpena, atau triterpena dapat terhirup oleh hidung, masuk ke dalam tubuh menjalankan fungsinya memberikan efek relaksasi, melawan bakteri dan radikal bebas, memperbaiki proses metabolisme dalam tubuh.