Sewaktu penelitian di laboratorium hayati UGM dulu aku menggunakan sinar UV (Ultra Violet) untuk mensterilisasi ruangan penelitian dan laminar (meja tempat percobaan). Kala itu, aku melakukan percobaan bareng saudaraku seangkatan di kimia, namanya Mahdiawati. Aku dan dia belum pernah melakukan penelitian di lab hayati sebelumnya. So, kami nggak seberapa memahami aturan kerja di lab itu.
Suatu ketika, aku dan dia melakukan persiapan untuk uji sitotoksisitas buah mahkota dewa terhadap sel kanker limfoma. Mahdia menyalakan lampu UV pada laminar dan ruangan percobaan agar laminar dan ruangan menjadi steril. Efek UV mampu membunuh bakteri atau organisme jika dipaparkan pada waktu tertentu. Setelah beberapa lama, kami mematikan lampu UV untuk ruangan. Kemudian kami menuju laminar untuk mengerjakan uji sitotoksisitas dengan sampel mahkota dewa yang kami bawa dari laboratorium biokimia MIPA.
Ketika kami sedang bekerja, ada suatu hal yang mengganjal dibenakku…Btw, kok cahaya yang dipake buat bekerja ini nggak begitu nyaman dipandang mata. Trus, benda-benda yang kulihat warnanya monokromatik / 1 warna gitu? Aku nyeletuk ke Mahdia. “Mahdia, apa bener cahaya yang kita pake ini cahaya tampak? Kok kayaknya aneh pencahayaannya….Atau, jangan-jangan… ini sinar UV. Yang kita pake ni sinar UV atau sinar tampak?” Serius nih, udah agak lama kita ngerjain percobaan di sini…
Aku juga bingung, nggak bisa bedain, cahaya yang dipakai di laminar itu cahaya tampak atau UV. Akhirnya, kami menduga cahaya yang dipake tuch cahaya tampak yang berasal dari cahaya matahari pagi yang menerobos jendela ruangan kami.
Namun, tidak beberapa lama berselang, ada mbak laboran yang melihat kami. Serta merta beliau menegur kami. “ De’!!! Kok kerjanya pake sinar UV?! Itu kan buat sterilisasi aja. Kalau kerja, ya lampu UV di laminar mestinya dimatikan. Kalau kena tangan lama-lama, bisa-bisa kulit tanganmu gatal-gatal dan menghitam lho.”
Astaghfirullahal adziim!!! kami berdua melirik ke telapak tangan kami. Pufff….Alhamdulillahi, masih normal-normal aja. Mbak laboran itu juga cerita kalau dulu pernah ada kasus, seorang peneliti wanita bekerja di bawah lampu UV sampai beberapa jam (mungkin dia lupa matikan lampu UV laminar) kemudian tangannya jadi gatal-gatal dan besoknya jadi menghitam/melepuh…Kena radiasi mungkin.
Betapa kalau bekerja perlu mengutamakan safety dan memperhatikan aturan kerja di lab. Ceroboh…bisa jadi fatal akibatnya. Di mana pun kerja kita, semoga kita bisa selalu berhati-hati dan mengutamakan K-3 (kesehatan dan keselamatan kerja). Semoga Allah menambah berkah dan ridho-Nya atas kerja-kerja kita, amiin.
Suatu ketika, aku dan dia melakukan persiapan untuk uji sitotoksisitas buah mahkota dewa terhadap sel kanker limfoma. Mahdia menyalakan lampu UV pada laminar dan ruangan percobaan agar laminar dan ruangan menjadi steril. Efek UV mampu membunuh bakteri atau organisme jika dipaparkan pada waktu tertentu. Setelah beberapa lama, kami mematikan lampu UV untuk ruangan. Kemudian kami menuju laminar untuk mengerjakan uji sitotoksisitas dengan sampel mahkota dewa yang kami bawa dari laboratorium biokimia MIPA.
Ketika kami sedang bekerja, ada suatu hal yang mengganjal dibenakku…Btw, kok cahaya yang dipake buat bekerja ini nggak begitu nyaman dipandang mata. Trus, benda-benda yang kulihat warnanya monokromatik / 1 warna gitu? Aku nyeletuk ke Mahdia. “Mahdia, apa bener cahaya yang kita pake ini cahaya tampak? Kok kayaknya aneh pencahayaannya….Atau, jangan-jangan… ini sinar UV. Yang kita pake ni sinar UV atau sinar tampak?” Serius nih, udah agak lama kita ngerjain percobaan di sini…
Aku juga bingung, nggak bisa bedain, cahaya yang dipakai di laminar itu cahaya tampak atau UV. Akhirnya, kami menduga cahaya yang dipake tuch cahaya tampak yang berasal dari cahaya matahari pagi yang menerobos jendela ruangan kami.
Namun, tidak beberapa lama berselang, ada mbak laboran yang melihat kami. Serta merta beliau menegur kami. “ De’!!! Kok kerjanya pake sinar UV?! Itu kan buat sterilisasi aja. Kalau kerja, ya lampu UV di laminar mestinya dimatikan. Kalau kena tangan lama-lama, bisa-bisa kulit tanganmu gatal-gatal dan menghitam lho.”
Astaghfirullahal adziim!!! kami berdua melirik ke telapak tangan kami. Pufff….Alhamdulillahi, masih normal-normal aja. Mbak laboran itu juga cerita kalau dulu pernah ada kasus, seorang peneliti wanita bekerja di bawah lampu UV sampai beberapa jam (mungkin dia lupa matikan lampu UV laminar) kemudian tangannya jadi gatal-gatal dan besoknya jadi menghitam/melepuh…Kena radiasi mungkin.
Betapa kalau bekerja perlu mengutamakan safety dan memperhatikan aturan kerja di lab. Ceroboh…bisa jadi fatal akibatnya. Di mana pun kerja kita, semoga kita bisa selalu berhati-hati dan mengutamakan K-3 (kesehatan dan keselamatan kerja). Semoga Allah menambah berkah dan ridho-Nya atas kerja-kerja kita, amiin.
No comments:
Post a Comment