Actually, saya rada prihatin dengan pendidikan terhadap anak-anak akhir-akhir ini. Anak-anak seringkali dipaksa duduk diam dengan tangan terlipat di meja saat proses belajar mengajar. Tidak peduli, anak itu lagi capek, lagi BeTe, bosan, lapar, haus.....pokoknya, sebelum bel harus duduk mendengarkan guru menerangkan. Menurutku, itu bisa jadi tidak efektif. I think, guru mesti kreatif mencari cara agar sebelum mulai materi, anak-anak dibawa ke suasana ceria dan membahagiakan dulu dan kemudian menceritakan alasan mengapa kita harus belajar tentang materi yang akan dipelajari. Sepertinya, pengertian dan rasa empati dari guru perlu terus diasah agar anak-anak mau dengan senang hati ikut aktif dalam proses belajar mengajar.
Adalah sebuah ide yang bagus kalau anak-anak murid itu diperbolehkan minum air putih ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dalam sebuah buku berjudul Genius Learning Strategy karya Adi W. Gunawan tertulis bahwa air berguna untuk menjaga kesehatan otak karena otak terdiri dari 72-78% cairan, dan dibutuhkan untuk transmisi sinyal neuron dalam otak. Bila kita kekurangan air (cairan), kecepatan transmisi dan efisiensinya juga akan menurun. Di sisi lain, jumlah air yang cukup dalam tubuh akan membantu paru-paru kita dalam proses mentransfer oksigen ke dalam aliran darah.
Adalah sebuah ide yang bagus kalau anak-anak murid itu diperbolehkan minum air putih ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dalam sebuah buku berjudul Genius Learning Strategy karya Adi W. Gunawan tertulis bahwa air berguna untuk menjaga kesehatan otak karena otak terdiri dari 72-78% cairan, dan dibutuhkan untuk transmisi sinyal neuron dalam otak. Bila kita kekurangan air (cairan), kecepatan transmisi dan efisiensinya juga akan menurun. Di sisi lain, jumlah air yang cukup dalam tubuh akan membantu paru-paru kita dalam proses mentransfer oksigen ke dalam aliran darah.
Proses pendidikan anak hendaknya tidak dibebankan seluruhnya pada guru di sekolah. Justru orangtualah yang punya tanggung jawab sepenuhnya dalam hal pendidikan anak. Anak adalah anugerah luar biasa dari Allah SWT untuk disyukuri dan dijaga sebaik-baiknya untuk aset masa depan sebagai Agent of Change, Iron Stock dan Voicer the Truth. Anak kecil adalah seorang peniru yang handal. Jika orangtuanya berakhlak baik, rajin shalat dan tilawah, anaknya yang masih kecil juga cenderung perilaku baik orangtuanya tersebut. Yah, ibarat mesin fotokopi
Kalau sering dibiarkan menonton acara-acara TV yang penuh dengan unsur kekerasan dan memuat perkataan yang jorok, maka anak tak pelak juga akan menirunya. Dengan demikian, anak cenderung jadi keras kepala, suka berkata jorok dan makin sulit diajak untuk menjadi anak yang shalih. Lain halnya jika sejak kecil sudah sering diajarkan disiplin shalat, tilawah, berucap kata-kata yang baik.
Rasulullah SAW mengajarkan pada kita bahwa dalam mendidik anak, kita sangat perlu menunjukkan cinta dan kasih sayang pada anak. Dalam kisahnya, Rasulullah SAW adalah orang yang sangat mencintai anak-anak. Dari Abu Qatadah Al Anshari, ia berkata, ”Aku melihat Nabi Sallallaahu ’Alaihi wa Sallam shalat dengan menjadi imam, sementara Umamah binti Abil ’Ash, puteri Zainab binti Rasulullah berada di pundak beliau. Ketika beliau ruku’, Umamah diletakkannya, dan ketika beliau bangun dari sujud, Umamah beliau gendong kembali.” (HR Al Bukhari dan Muslim).
Ummu Qais binti Mihshan berkata, ”Suatu hari aku datang menemui Rasulullah SAW dengan membawa seorang bayi yang belum makan kecuali air susu ibunya. Beliau menggendong bayi itu, dan bayi itu kencing di tubuh beliau. Maka aku pun merenggut bayi itu dari beliau. Ternyata beliau bersabda, “Kencing ini dapat hilang hanya dengan mengguyurkan air padanya. Tetapi betapa sulitnya menghilangkan renggutanmu yang kasar itu dari benaknya.” Beliau lalu meminta diambilkan air dan memercikkan sendiri ke tubuh beliau yang terkena air kencing.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
Dalam kisahnya, Rasulullah mengajarkan pada kita untuk sering mencium dan memeluk anak untuk menunjukkan kehangatan cinta pada mereka.
Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat
Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Biala anak mendapat pengakuan, ia belajar menghargai dirinya
Bila abak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta
(Dorothy Law Nolte: Children Learn what They Live)
No comments:
Post a Comment