Friday, February 9, 2007

Pengembangan Alat Deteksi Dini Kanker Nasopharynx

Dalam rangka ikut membantu mencarikan solusi akan tingginya angka morbiditas dan mortalitas dari kanker, ia tidak lain merupakan salah satu hambatan di dalam pencapaian masyarakat Indonesia yang sejahtera pada tahun 2010. Klaster kesehataan –kedokteran UGM telah mengembangkan tentang studi tentang kanker nasopharynx (NPC) sebagai unggulan di dalam risetnya, yang meliputi etiologi, patogenesis, epidemologi, terapi, rehabilitasi dan sebaginya. Bahkan mereka telah berhasil menciptakan alat diagnostik dan deteksi dini serta penentu prognosis.
Tim peneliti yang tergabung dalam Team NPC Asia Link Ugm yang terdiri Dr. Sofia Mubarika dkk, berkeinginan untuk dapat menghasilkan suatu karya atau produk yang memiliki nilai akademis dan ekonomis yang dapat dipergunakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional. “Tujuan dari pengembngan penelitian ini adalah untuk memetakan penyakit kanker NPC secara menyeluruh di kawasan Indonesa untuk menyediakan data base yang bermanfaat sebagai sumber informasi penanganan masalah kanker di Indonesia, mengkaji etiologi dan patogenesis penyakit kanker dengan pendekata biomolekuler,” ungkap Dr Sofia Mubarika dalam jumpa pers di Ruang Sidang Pimpinan Universitas Gadjah Mada, Senin (5/2).
Di yogyakarta NPC mempunyai angka insidensi tertingggi pada pria yakni 5,7 per 100.000 populasi dan berada di posisi 3 di berbagi senter di Indonesia. “Di Rumah Sakit Sardjito rata-rata dijumpai 100-120 kasus NPC baru per tahun. Penyakit NPC kebanyakan disebabkan dari kebiasaan merokok, makan ikan asin yang belum matang. Tetapi karena gejala yang ridak spesifik , umumnya penderita NPC datang ke rumah sakit RS Sardjito pada stadium lanjut (stadium III dan IV) setelah timbul benjolan di leher samping, sehingga hasil pengobatan tidak maksimal,” kata Bu Sofia.
Dengan keberhasilan mengembangakan alat diagnostik dan deteksi dini serta penentu prognosis kanker nasopharinx (NPC). Berarti peneliti UGM telah mengembangkan alat deteksi dini yang murah, feasible untuk dilakukan di daerah yang hanya mempunyai laboratorium sederhana. Alat ini telah terbukti mempunyai keungggulan dibanding kit yang sudah ada di pasaran. Karena dengan kombinasi 2 antigen yaitu VCA (Viral Capsid Antigen)-p18 dan EBNA (Epstein Barr Nuclear Antigen-1) maka tingkat spesifisitas dan sensitivitas menjadi lebih tinggi yakni 84,6% dan 90,4%.(dari portal UGM)

3 comments:

crything said...

apa yang harus saya lakukan/tindakan...jika sudah ada benjolan dileher?apakah hanya tinggal menunggu waktu..atau ada solusi terbaik?mungkin dana menjadi pikiran dalam pikiran saya.
terima kasih

Arifiyah said...

Utk deteksi nya tentunya konsultasi ke dokter dan minta untuk dilakukan sejumlah diagnosis. Utk pengobatannya sebisa mungkin selain berobat ke rumah sakit, perlu dipadukan dengan pengobatan herbal seperti menggunakan mahkota dewa, sirih merah, dan juga dengan cara bekam untuk menyedot racun di tubuh.

Arifiyah said...

Benjolan bisa masuk gol. kanker ataw tumor jinak. Hal itu tergantung sifat benjolannya. Kalau tambah besar dan menyebar ke sel2 lain, maka itu tumor ganas/kanker. tp kalau ga menyebar ke jaringan/organ lain, maka dsebut tumor jinak. tumor jinak bisa bertambah besar or tetap. Biasanya kalau udah fase kanker, bisa terdeteksi lewat hasil lab darah juga. Trus kalau terdeteksi ada tumor,perlu segera diambil tindakan. Sy sangat respect pd pengobatan herbal (back to the nature) dan bekam. Kalo pake tanaman herbal, kita ga usah cemas pada efek samping coz hampir ga ada efek samping nya, asalkan pemakaiannya sesuai dosis yg tepat. Buah mahkota dewa, tanaman keladi tikus, sirih merah, habatussauda(jintan hitam) bagus sekali buat menggempur sel2 tumor dan kanker.

Buat orang normal, kita bisa mlakukan pencegahan dengan mengonsumsi herbal tsb.

kalau bekam, bisa mengeluarkan darah kotor yg mengandung racun penyebab penyakit dari tubuh.